Surat Al-Muddassir Ayat 1 - 10 dengan Tafsir dan Terjemahannya


Ayat 1

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ

Hai orang yang berkemul (berselimut),

«يا أيها المدثر» النبي صلى الله عليه وسلم وأصله المتدثر أدغمت التاء في الدال، أي المتلفف بثيابه عند نزول الوحي عليه.

(Hai orang yang berselimut!) yakni Nabi saw. Bentuk asal lafal al-muddatstsir ialah al-mutadatstsir, kemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf dal sehingga jadilah al-Muddatstsir, artinya orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaiannya sewaktu wahyu turun kepadanya.

Ayat 2

قُمْ فَأَنذِرْ

bangunlah, lalu berilah peringatan!

«قم فأنذر» خوِّف أهل مكة النار إن لم يؤمنوا.

(Bangunlah, lalu berilah peringatan) maksudnya pertakutilah penduduk Mekah dengan neraka jika mereka tidak mau beriman.

Ayat 3

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ

dan Tuhanmu agungkanlah!

«وربك فكبر» عظِّم عن إشراك المشركين.

(Dan Rabbmu agungkanlah) agungkanlah Dia dari persekutuan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik.

Ayat 4

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

dan pakaianmu bersihkanlah,

«وثيابك فطهر» عن النجاسة أو قصرها خلاف جر العرب ثيابهم خيلاء فربما أصابتها نجاسة.

(Dan pakaianmu bersihkanlah) dari najis, atau pendekkanlah pakaianmu sehingga berbeda dengan kebiasaan orang-orang Arab yang selalu menguntaikan pakaian mereka hingga menyentuh tanah di kala mereka menyombongkan diri, karena dikhawatirkan akan terkena barang yang najis.

Ayat 5

وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ

dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

«والرُّجز» فسره النبي صلى الله عليه وسلم بالأوثان «فاهجر» أي دم على هجره.

(Dan perbuatan dosa) lafal Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi saw. berhala-berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.

Ayat 6

وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ

dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

«ولا تمنن تستكثر» بالرفع حال، أي لا تعط شيئا لتطلب أكثر منه وهذا خاص به صلى الله عليه وسلم لأنه مأمور بأجمل الأخلاق وأشرف الآداب.

(Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak) lafal Tastaktsiru dibaca Rafa' berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. Maksudnya, janganlah kamu memberi sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh balasan yang lebih banyak dari apa yang telah kamu berikan. Hal ini khusus berlaku hanya bagi Nabi saw. karena sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak-akhlak yang paling mulia dan pekerti yang paling baik.

Ayat 7

وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

«ولربك فاصبر» على الأوامر والنواهي.

(Dan kepada Rabbmu bersabarlah) di dalam melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ayat 8

فَإِذَا نُقِرَ فِى ٱلنَّاقُورِ

Apabila ditiup sangkakala,

«فإذا نقر في الناقور» نفخ في الصور وهو القرن النفخة الثانية.

(Apabila ditiup sangkakala) untuk tiupan yang kedua, guna membangkitkan manusia.

Ayat 9

فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ

maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit,

«فذلك» أي وقت النقر «يومئذ» بدل مما قبله المبتدأ وبني لإضافته إلى غير متمكن وخبر المبتدأ «يوم عسير» والعامل في إذا ما دلت عليه الجملة اشتد الأمر.

(Maka waktu itu) waktu peniupan sangkakala yang kedua (adalah waktu) lafal Yaumaidzin berkedudukan menjadi Badal dari lafal yang sebelumnya, dan sekaligus menjadi Mubtada. Lafal Yaumaidzin dimabnikan karena mengingat dimudhafkan kepada Isim yang Ghairu Mutamakkin. Kemudian yang menjadi Khabarnya ialah (datangnya hari yang sulit) Amil yang mempengaruhi lafal Idza adalah kalimat yang disimpulkan dari pengertian keseluruhannya. Yakni pada hari itu perkara dirasakan amat berat.

Ayat 10

عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ

bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.

«على الكافرين غير يسير» فيه دلالة على أنه يسير على المؤمنين في عسره.

(Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah) di dalam ungkapan ini terkandung pengertian, bahwa keadaan pada hari itu dirasakan amat ringan oleh orang-orang yang beriman di balik kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang kafir.