Surat Al-Qiyamah Ayat 31 - 40 dengan Tafsir dan Terjemahannya


Ayat 31

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ

Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat,

«فلا صدق» الإنسان «ولا صلى» أي لم يصدق ولم يصلِّ.

(Dan ia tidak mau membenarkan) yaitu manusia (dan tidak mau mengerjakan salat) ia tidak mau mempercayai rasul dan tidak pula mau mendirikan salat.

Ayat 32

وَلَٰكِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran),

«ولكن كذب» بالقرآن «وتولى» عن الإيمان.

(Tetapi ia mendustakan) Alquran (dan berpaling) dari iman.

Ayat 33

ثُمَّ ذَهَبَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ يَتَمَطَّىٰٓ

kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).

«ثم ذهب إلى أهله يتمطى» يتبختر في مشيته إعجابا.

(Kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak) dengan langkah-langkah yang sombong.

Ayat 34

أَوْلَىٰ لَكَ فَأَوْلَىٰ

Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,

«أوْلى لك» فيه التفات عن الغيبة والكلمة اسم فعل واللام للتبيين، أي وليك ما تكره «فأوْلى» أي فهو أولى بك من غيرك.

(Kecelakaanlah bagimu) di dalam ungkapan kalimat ini terkandung Iltifat dari Ghaibah, kalimat ini adalah Isim Fi'il, sedangkan huruf Lamnya menunjukkan makna Tabyin, artinya: dia menyerahkan kepadamu apa-apa yang tidak kamu sukai (maka kecelakaanlah bagimu) yakni dia lebih utama untuk diprioritaskan olehmu.

Ayat 35

ثُمَّ أَوْلَىٰ لَكَ فَأَوْلَىٰٓ

kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.

«ثم أوْلى لك فأوْلى» تأكيد.

(Kemudian kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu) mengukuhkan makna ayat di atas.

Ayat 36

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?

«أيحسب» يظن «الإنسان أن يُترك سدى» هملا لا يكلف بالشرائع لا يحسب ذلك.

(Apakah manusia mengira) menduga (bahwa ia akan dibiarkan begitu saja) tanpa dibebani dengan syariat-syariat; janganlah ia menduga seperti itu.

Ayat 37

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَىٰ

Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),

«ألم يك» أي كان «نطفة من منيّ يمنى» بالياء والتاء تصب في الرحم.

(Bukankah dia dahulu) sebelum itu (setetes mani yang ditumpahkan) ke dalam rahim; lafal Yumnaa dapat pula dibaca Tumnaa.

Ayat 38

ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ

kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,

«ثم كان» المني «علقة فخلق» الله منها الإنسان «فسوى» عدل أعضاءه.

(Kemudian adalah) mani itu (menjadi segumpal darah lalu Allah menciptakannya) dari air mani itu menjadi manusia (dan menyempurnakannya) melengkapinya dengan anggota-anggota tubuh yang diperlukannya.

Ayat 39

فَجَعَلَ مِنْهُ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ

lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.

«فجعل منه» من المني الذي صار علقة قطعة دم ثم مضغة أي قطعة لحم «الزوجين» النوعين «الذكر والأنثى» يجتمعان تارة وينفرد كل منهما عن الآخر تارة.

(Lalu Allah menjadikan daripadanya) dari air mani yang telah menjadi segumpal darah, segumpal daging (sepasang) dua jenis (laki-laki dan perempuan) terkadang menjadi satu dan terkadang tersendiri.

Ayat 40

أَلَيْسَ ذَٰلِكَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحْۦِىَ ٱلْمَوْتَىٰ

Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

«أَليس ذلك» الفعَّال لهذه الأشياء «بقادر على أن يحيي الموتى» قال صلى الله عليه وسلم: بلى.

(Bukankah yang berbuat demikian) yang mengerjakan kesemuanya itu (berkuasa pula menghidupkan orang mati?) Nabi saw. menjawab, tentu saja dapat.