Surat Maryam Ayat 31 - 40 dengan Tafsir dan Terjemahannya


Ayat 31

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

«وجعلني مباركا أينما كنت» أي: نفاعا للناس إخبار بما كتب له «وأوصاني بالصلاة والزكاة» أمرني بهما «ما دمت حيا».

(Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada) maksudnya Dia menjadikan diriku orang yang banyak memberi manfaat kepada manusia. Ungkapan ini merupakan berita tentang kedudukan yang telah dipastikan baginya (dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan salat dan menunaikan zakat) Allah memerintahkan kepadaku untuk melakukan kedua hal tersebut (selama aku hidup).

Ayat 32

وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًا شَقِيًّا

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

«وبرا بوالدتي» منصوب بجعلني مقدرا «ولم يجعلني جبارا» متعاظما «شقيا» عاصيا لربه.

(Dan berbakti kepada ibuku) lafal Barran dinashabkan oleh lafal Ja'alani yang keberadaannya diperkirakan, maksudnya, Dia menjadikan aku sebagai orang yang berbakti kepada ibuku (dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong) orang yang merasa tinggi diri (lagi celaka) yang durhaka kepada Rabbnya.

Ayat 33

وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".

«والسلام» من الله «عليّ يوم ولدت ويوم أموت ويوم أبعث حيا» يقال فيه ما تقدم في السيد يحيى. قال تعالى:

(Dan kesejahteraan) dari Allah (semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali)" hal ini telah dikatakan pada kisah yang lalu, yaitu dalam doa Nabi Yahya.

Ayat 34

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ

Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.

«ذلك عيسى ابن مريم قولُ الحق» بالرفع خبر مبتدأ مقدر أي: قول ابن مريم وبالنصب بتقدير قلت، والمعنى القول الحق «الذي فيه يمترون» من المرية أي: يشكون وهم النصارى: قالوا إن عيسى ابن الله، كذبوا.

(Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa', berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya, perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya, maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal Yamtaruuna berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya, mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, "Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah".

Ayat 35

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍ ۖ سُبْحَٰنَهُۥٓ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia.

«ما كان لله أن يتخذ من ولد سبحانه» تنزيها له عن ذلك «إذا قضى أمرا» أي: أراد أن يحدثه «فإنما يقول له كن في فيكونُ» بالرفع بتقدير هو، وبالنصب بتقدير أن ومن ذلك خلق عيسى من غير أب.

(Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia) dari hal tersebut. (Apabila Dia telah menetapkan sesuatu) yakni, Dia berkehendak untuk menciptakannya (maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah" maka jadilah dia) kalau dibaca Rafa' yaitu Yakuunu berarti ada lafal Huwa atau dia yang diperkirakan keberadaannya, kalau dibaca Nashab yaitu berarti dengan memperkirakan lafal An sebelumnya. Oleh sebab itu maka Nabi Isa diciptakan tanpa ayah.

Ayat 36

وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.

(وأن الله ربي وربكم فاعبدوه) بفتح أن بتقدير اذكر، وبكسرها بتقدير قل بدليل "" ما قلت لهم إلا ما أمرتني به أن اعبدوا الله ربي وربكم "" (هذا) المذكور (صراط) طريق (مستقيم) مؤد إلى الجنة.

(Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia) jika dibaca Anna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Udzkur, maksudnya: Ingatlah, sesungguhnya Allah dan seterusnya. Jika dibaca Kasrah yaitu Inna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Qul sebelumnya, maksudnya: Katakanlah, sesungguhnya Allah; hal ini dibuktikan oleh firman lainnya, yaitu: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu, "Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian." (Q.S. Al-Maidah, 117). (ini) hal yang telah disebutkan tadi (adalah jalan) penuntun (yang lurus) yang dapat mengantarkan ke surga.

Ayat 37

فَٱخْتَلَفَ ٱلْأَحْزَابُ مِنۢ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.

«فاختلف الأحزاب من بينهم» أي النصارى في عيسى أهو ابن الله أو إله معه أو ثالث ثلاثة «فويل» فشدة عذاب «للذين كفروا» بما ذكر وغيره «من مشهد يوم عظيم» أي: حضور يوم القيامة وأهواله.

(Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka) yakni orang-orang Nasrani, yaitu sehubungan dengan perihal Isa, apakah dia anak Allah, atau tuhan di samping Allah, ataukah tuhan yang ketiga. (Maka kecelakaanlah) azab yang sangat keras (bagi orang-orang kafir) disebabkan apa yang telah disebutkan tadi dan hal-hal lainnya (pada waktu menyaksikan hari yang besar) yakni kehadiran mereka di hari kiamat dan kengerian-kengerian yang terjadi pada waktu itu.

Ayat 38

أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلْيَوْمَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.

«أسمع بهم وأبصر» بهم صيغتا تعجب بمعنى ما أسمعهم وما أبصرهم «يوم يأتوننا» في الآخرة «لكن الظالمون» من إقامة الظاهر مقام المضمر «اليوم» أي: في الدنيا «في ضلال مبين» أي بين به صموا عن سماع الحق وعموا عن إبصاره أي: اعجب منهم يا مخاطب في سمعهم وإبصارهم في الآخرة بعد أن كانوا في الدنيا صما عميا.

(Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka) kedua lafal ini merupakan Shighat atau ungkapan rasa takjub, maknanya sama dengan lafal Ma Asma'ahum dan Ma Absharahum (pada hari mereka datang kepada Kami) di akhirat kelak. (Tetapi orang-orang yang zalim) menurut ungkapan meletakkan isim Zhahir pada tempat isim Mudhmar' (pada hari ini) yakni di dunia (berada dalam kesesatan yang nyata) nyata kesesatannya, disebabkan mereka tuli tidak mau mendengarkan perkara yang hak, dan mereka buta tidak mau melihat yang benar. Maksudnya, hai orang yang diajak bicara sepatutnya kamu merasa takjub dan heran terhadap pendengaran dan penglihatan mereka di akhirat, sesudah di dunia mereka tuli dan buta.

Ayat 39

وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.

«وأنذرهم» خوّف يا محمد كفار مكة «يوم الحسرة» هو يوم القيامة يتحسر فيه المسيء على ترك الإحسان في الدنيا «إذ قُضي الأمر» لهم فيه بالعذاب «وهم» في الدنيا «في غفلة» عنه «وهم لا يؤمنون» به.

(Dan berilah mereka peringatan) takut-takutilah hai Muhammad, orang-orang kafir Mekah itu (tentang hari penyesalan) yaitu hari kiamat sewaktu orang yang berbuat jahat merasa menyesal sekali karena tidak mau berbuat kebaikan di dunia (yaitu ketika segala perkara telah diputus) bagi mereka di hari kiamat, yaitu mereka harus menerima azab (Dan mereka) di dunia (dalam kelalaian) tentang hari penyesalan itu (dan mereka tidak pula beriman) kepada adanya hari penyesalan itu.

Ayat 40

إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ ٱلْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ

Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.

«إنا نحن» تأكيد «نرث الأرض ومن عليها» من العقلاء وغيرهم بإهلاكهم «وإلينا يرجعون» فيه للجزاء.

(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi sebagai Taukid atau kata pengukuh (mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di dalamnya) baik yang berakal maupun yang lainnya, yaitu dengan membinasakan mereka (dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan) pada hari kiamat untuk menerima pembalasan.